: Mentawai sulit di tembus, Gempa dahsyat masih berpotensi terjadi.

Gempa dahsyat masih berpotensi terjadi.

PADANG - Gempa 7,2 pada Skala Richter yang disusul tsunami setinggi dua meter pada Senin (25/10) malam membuat Kecamatan Pagai Selatan di Kabupaten Mentawai porak-poranda. Derita warga Pagai masih bertambah karena bala bantuan dari Padang terhambat cuaca.

Ketua DPRD Sumatra Barat Yultekhnil mengatakan, evakuasi korban tsunami di Pagai Selatan memerlukan kapal perang. "Ini karena besarnya ombak dan buruknya cuaca," kata Yulekhnil seperti dikutip Antara, Selasa (26/10).

Pemprov Sumatra Barat meminta Pangkalan Utama Angkatan Laut II Teluk Bayur untuk turun tangan. Pada Selasa pagi, rombongan Komandan Komando Resort Militer Kol Mulyono dan Bupati Mentawai Edison Saleleubaja berupaya meninjau lokasi bencana. Namun, ombak besar membatalkan rencana mereka. 

Untuk mencapai Pagai Selatan lewat jalur laut memakan waktu 4-10 jam, tergantung kecepatan kapal dan besarnya ombak. Sementara jalur udara hanya bisa ditempuh dengan helikopter, karena di daerah tersebut tidak terdapat bandara yang bisa didarati oleh pesawat.

Kepala Seksi Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Sum bar, Anto Rizon, mengatakan korban mencapai ratusan jiwa karena saat tsunami warga sedang tertidur. Ia menggambarkan, tsunami menerjang sekitar 20 menit setelah gempa dengan ketinggian 4-6 meter. "Tsunami mencapai daratan sejauh 600 meter dari garis pantai."

Selain itu, ombak juga menerjang dua kapal penumpang yang sebagian mengangkut turis asing. Namun mereka dapat diselamatkan.

Kepala Badan SAR Nasional Sumatra Barat Zainul Thahar mengatakan, korban tewas paling banyak menimpa Kelurahan Beleraksok, Kecamatan Pagai Selatan, yaitu sebanyak 16 orang. Di Kelurahan Bulasan, korban meninggal dunia empat orang. Dari pantauan Basarnas Sumbar, saat ini banyak warga mengungsi di sekitar perbukitan.

Sementara itu, situasi di Mentawai terus digoyang gempa. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sampai Selasa (26/10) pukul 15.00 WIB mencatat telah terjadi 47 gempa susulan berkekuatan 3-6,2 pada Skala Richter di Mentawai dan sekitarnya. 

Pakar gempa dari Universitas Andalas  Badrul Mustapa Kemal berharap gempa 7,2 SR merupakan gempa utama, bukan gempa pendahuluan. "Jika gempa 7,2 SR merupakan gempa pendahuluan, kemungkinan guncangannya akan terjadi lebih besar lagi," katanya.

Dia menjelaskan, posisi blok gempa Senin (25/10) malam itu berada sama dengan gempa yang terjadi pada 12 September 2007 di Pagai, Kepulauan Mentawai, dengan kekuatan 8,4 SR. Kemungkinan, katanya, gempa Senin malam adalah sisa energi gempa dari gempa 12 September 2007. Sedangkan gempa berkekuatan 7,9 SR pada 30 September 2009 berada di blok lain lagi.

Pakar LIPI, menurut Badrul, telah memperkirakan gempa Sumbar akan terjadi lagi,  tetapi tidak bisa diprediksi berpotensi tsunami. 

Sempat terjadi simpang siur peringatan bahaya tsunami yang dirilis BMKG pada Senin malam. Beberapa saat setelah gempa 7,2 SR, BMKG langsung merilis bahaya tsunami di daerah Mentawai dan pantai barat Sumbar. Peringatan bahaya tsunami itu dicabut 51 menit kemudian, tapi hanya untuk bagian pantai barat Sumbar.

"Gempa yang terjadi di Kepulauan Mentawai langsung disusul tsunami. Sehingga, peringatan diakhiri sesudah terjadi tsunami di Kepulauan Mentawai (Pagai)," kata Deputi Geofisika BMKG, Prih Harijadi. 

Masalah lainnya adalah alat pelacak tsunami BMKG dipasang di perairan Teluk Bayur yang terhalang Kepulauan Mentawai. Ini membuat gelombang tsunami di Mentawai tidak langsung terlacak oleh alat, yang kemudian memberitahukan kalau tsunami tidak terjadi di pantai barat Sumbar
-------------------------
Gempa berkekuatan 7,2 skala richter yang diikuti tsunami di Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, telah menewaskan 112 orang, 502 lainnya dinyatakan hilang, dan 4.000 keluarga mengungsi.

Berikut rincian jumlah korban, lokasi ditemukannya korban tewas, dan warga yang hilang berdasarkan data sementara yang diumumkan oleh Gubernur Sumbar Irwan Prayitno, Selasa malam (26/10).

Jumlah Korban:

    * Korban Tewas: 112 orang
    * Korban hilang: 502 orang
    * Korban mengungsi: 4.000 keluarga

Lokasi ditemukannya korban tewas:

   1. Dusun Munte Baru-Baru, Desa Betomonga, Kecamatan Pagai Utara,---58 orang.
   2. Dusun Beleraksok, Desa Kecamatan Pagai Selatan,-----------------15 orang.
   3. Dusun lain di Desa Betomonga, Kecamatan Pagai Utara,------------10 orang.
   4. Dusun Takbaraboat, Desa Kecamatan Pagai Selatan,----------------10 orang.
   5. Desa Geliulou, Kecamatan Sipora Selatan,-------------------------5 orang.
   6. Dusun Gobik, Desa Bosua, Kecamatan Sipora Selatan,---------------4 orang.
   7. Dusun Masokut, Desa Geliulou, Kecamatan Sipora Selatan,----------4 orang.
   8. Desa Silabu, Kecamatan Pagai Utara,------------------------------3 orang.
   9. Desa Bosuo, Kecamatan Sipora Selatan,----------------------------1 orang.
  10. Dusun Bukkumonga, Kecamatan Pagai Selatan,-----------------------1 orang.
  11. Desa Malakkopa, Kecamatan Pagai Selatan,-------------------------1 orang.

Lokasi warga dilaporkan hilang:

   1. Dusun Munte Baru-Baru, Desa Betomonga, Kecamatan Pagai Utara,--270 orang.
   2. Dusun lain di Desa Betomonga, Kecamatan Pagai Utara,-----------212 orang.
   3. Dusun Takbaraboat, Desa Kecamatan Pagai Selatan,----------------20 orang.

------------------------------
-------
Ratusan pengungsi di Mentawai saat ini memerlukan kain kering, makanan dan obat-obatan. Namun segenap bantuan itu, masih dalam perjalanan dari Padang. Bantuan itu dibawa Tim Kaji Cepat Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumbar. Belum diketahui apakah hari ini bantuan tersebut bisa sampai, karena ombak yang besar.

Di sisi lain, untuk mempermudah pendistibusian logistik, sekaligus membawa Tim Kaji Cepat BPBD dan tim lainnya,  Lantamal Teluk Bayur sudah meminta bantuan dari Aceh untuk mendatangkan kapal perangnya KRI serta satu unit helikoper. Kapal perang itu sudah berangkat dari Aceh Selasa sore, akan menempuh perjalanan sekitar 16 jam.

Menurut Danlantamal, Aswad, kapal tersebut dilengkapi dengan berbagai personil, seperti medis, TNI dan langsung menuju Mentawai. "Kapal itu diperkirakan sampai Padang sekitar pukul 02.00 WIB dini hari," terang Aswad.

Tim Kaji Cepat BPBD Sumbar terdiri atas BPBD 12 orang, Basarnas Padang, Dinas Kesehatan 10 orang, Dinas Sosial Sumbar 4 orang, PMI dan para wartawan. Sebelumnya kapal milik Pemkab Mentawai, yang didalamnya membawa Bupati Mentawai Edison Saleleubaja, yang berada di Padang saat gempa berlangsung, Danrem, Dandim Mentawai dan sejumlah pejabat Mentawai berusaha berlayar, namun sampai di tengah laut, kapal tersebut dihadang ombak besar. Selasa pagi dua kapal barang balik kanan, untuk menghindari cuaca buruk.

"Kita akan berusaha semampunya untuk mendistribusikan logistik, karena masyarakat setempat sangat keterbatasan makanan," kata Kepala Pusdal Ops Sumbar, Ade Edward, kepada wartawan di Padang, Selasa (26/10). Menurutnya, ratusan warga mengungsi serta tidak memiliki persiapan makanan, pakaian dan lainnya. Tim Kaji Cepat BPBD Sumbar, sesampainya di Mentawai, akan memberikan bantuan dan menyalurkan logistik yang dibawa. Mereka akan tinggal di Mentawai sekitar satu pekan

------------------------------
Banyaknya korban akibat tsunami di Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, disebabkan karena Kepulauan Mentawai tidak memiliki alat pemantau gelombang atau tide gauge. Alat tersebut hanya terpasang di Padang dan pantai-pantai sekitarnya. "Karena ketiadaan alat itu, tsunami Mentawai tidak terpantau. Kami saja baru tahu hari ini (26/10)," kata Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Mochammad Riyadi, berdasarkan laporan Harian Singgalang, Selasa (26/10).

Maka dari itu, tsunami yang terpantau hanya yang terjadi di Padang. Itu pun, lanjutnya, tsunami dengan skala kecil yakni 0,461 meter. "Pemerintah tidak salah jika mencabut status potensi tsunami, karena untuk di daratan Sumbar aman," lanjutnya.

"Sayangnya, alat pemantau gelombang di pesisir Padang, tidak meraung-raung seperti dalam latihan tsunami," ungkap Ipes Andesta Pessel, salah satu warga Kota Padang. Ia menuturkan, sirine di Taman Budaya dapat berbunyi saat peringatan setahun gempa pada 30 September lalu.

"Saat gempa dan berpotensi tsunami pada Senin (25/10), malah tidak berbunyi," ucapnya. Padahal, lanjutnya, masyarakat begitu mengandalkan alat tersebut sebagai bentuk kewaspadaan. Maka dari itu, saat terjadi gempa dan tidak ada bunyi sirine, masyarakat langsung panik. Seketika, warga langsung berlarian menuju ke daerah lebih tinggi. Selain di Taman Budaya, alat pemantau gelombang di Pasar Tiku dan Agam, juga tidak berbunyi.

-----------------------------
Informasi di Awal Bencana

Emmy Hafild

Gempa dan tsunami terjadi lagi di Sumatera Barat, tepatnya di Pulau Pagai Selatan, Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat. Ratusan orang tewas dan ratusan lainnya hilang, jumlah yang cukup besar pada suatu populasi yang sangat kecil. Ini terjadi saat kita masih terguncang dengan lambat dan lemahnya pertolongan pertama pada korban banjir bandang di Wasior.

Kebetulan saya sedang berada di Padang saat peristiwa terjadi. Baru saja menyelesaikan Focus Group Discussion untuk rencana strategis penanggulangan bencana bersama Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Padang Pariaman, serta peresmian SDN dan puskesmas di kabupaten yang sama.

Saat gempa terjadi, saya sedang berada di lantai lima hotel tempat saya menginap. Walaupun saya mempunyai bekal dan pengetahuan bagaimana menghadapi gempa, tak urung saya cemas dan agak panik. Justru karena saya tahu sedang berada di Padang yang memang merupakan daerah rawan gempa dan diramalkan akan mengalami tsunami yang lebih hebat daripada Aceh.

Pegawai hotel memberikan petunjuk yang tepat bagi penghuni hotel di lantai kamar saya dengan menginstruksikan naik ke lantai yang paling atas. Di sana ada ruang luas yang biasa dipakai istirahat pegawai hotel, yang dapat berfungsi sebagai tempat perlindungan apabila terjadi tsunami. Hati saya pun tenang: apabila tsunami terjadi, saya tahu ke mana harus berlindung.

Saya pun mempersiapkan diri untuk keadaan darurat, menyiapkan tas dengan kelengkapan senter, air, pisau, jaket, sepatu, dan diletakkan pada tempat yang gampang terjangkau apabila ada seruan evakuasi.

Saya pun berusaha mencari informasi di mana lokasi gempa, berapa kekuatannya, dan apakah akan terjadi tsunami. Saya telusuri saluran televisi lokal di kamar hotel, tetapi saya tidak menemukan informasi yang dibutuhkan. TVRI Padang tutup siaran pada pukul 23.00.

Saya mendapatkan informasi dari salah satu saluran televisi nasional bahwa gempa berkekuatan 7,2 skala Richter dengan episentrum 10 kilometer di kedalaman laut yang berjarak 78 kilometer sebelah barat Pulau Pagai Selatan. Gempa berpotensi tsunami, tetapi tidak dijelaskan di mana potensi tsunami terjadi.

Saya tidak mendapatkan informasi lokal, tidak mendapatkan bimbingan dari BPBD setempat apa yang harus dilakukan dan ke mana harus mencari informasi. Saya mencoba bertanya kepada pegawai hotel, mereka juga tidak dapat menjawab.

Satu-satunya sumber informasi saya adalah televisi nasional yang secara terus-menerus memberikan informasi. Sayangnya, tayangan hanya berisi informasi umum, tidak memenuhi kebutuhan informasi masyarakat lokal untuk menghadapi keadaan darurat dengan benar.

Pagi harinya televisi yang sama mewawancarai kepala BPBD Sumbar dan tidak ada informasi bahwa telah terjadi tsunami. Baru setelah saya sampai di Jakarta, pukul 17.00, televisi nasional menginformasikan bahwa telah terjadi tsunami di beberapa kampung di Pulau Pagai Selatan. Puluhan korban tewas dan ratusan hilang.

Selama hampir 24 jam, pemerintah dan BPBD Kabupaten Mentawai dan Sumatera Barat tidak mempunyai informasi yang akurat dan tepat mengenai apa yang terjadi. Padahal, mereka berwenang dan berada di lokasi yang terdekat dengan lokasi gempa. Mereka bahkan belum mampu mencapai daerah bencana dengan alasan cuaca sangat buruk.

Hal mutlak

Infrastruktur komunikasi dan sistem informasi bencana merupakan hal mutlak yang harus dibangun oleh pemerintah untuk menanggulangi bencana dan harus tetap berfungsi dengan baik apabila terjadi bencana.

Pusat-pusat informasi harus dibangun di lokasi-lokasi rawan bencana dan harus dapat menjangkau lokasi-lokasi yang paling terpencil sekalipun sehingga dengan cepat bisa menjaring informasi pertama tentang apa yang terjadi di lokasi bencana. Dengan demikian, tim penyelamat dan pertolongan pertama dapat berangkat ke lokasi dengan persiapan akurat sehingga dapat memberikan pertolongan pertama dan penyelamatan yang cepat, efektif, dan efisien.

Di sisi lain, warga juga bisa mendapat petunjuk yang cepat dan tepat untuk menyelamatkan diri sehingga jumlah korban bisa diminimalkan.

Sistem komunikasi harus memanfaatkan seluruh sistem komunikasi yang ada, baik tradisional maupun modern. Komunikasi tradisional misalnya dengan kentungan, terompet, beduk, dan yang modern misalnya dengan radio, satelit, internet, telepon, telepon seluler, dan televisi. Semua saluran radio dan televisi, lokal dan nasional, juga operator telepon seluler diwajibkan untuk memberitakan informasi dan instruksi dari BPBD.

Informasi-informasi tentang penyelamatan dan evakuasi harus sampai kepada kantor pemerintah terdekat, rumah sakit, kantor pelayanan pemerintah, kantor LSM, serta saluran televisi dan radio lokal.

Saluran telepon darurat dibuka dengan operator yang dapat menjawab dan beroperasi 24 jam penuh untuk menjawab berbagai pertanyaan masyarakat, dari cara dan ke mana menyelamatkan diri sampai informasi korban. Semua disiapkan dengan sistem yang saling mendukung, kalau salah satu saluran gagal berfungsi, maka yang lain segera mengisi.

Kejadian gempa dan tsunami di Pagai Selatan ini sekali lagi menunjukkan ketidaksiapan kita dalam menghadapi bencana. Oleh karena itu, bencana ini (sekali lagi) hendaknya menjadi momentum untuk segera membangun tata kelola dan tata laksana penanggulangan bencana yang baik, di mana sistem informasi dan komunikasi adalah bagian yang prinsipiil.

Kalau sejak dulu sistem ini dibangun, barangkali ratusan korban yang tewas dan hilang dapat dicegah karena pertolongan dan penyelamatan pertama dapat segera dilakukan.

Emmy Hafild Direktur Program Kemitraan untuk Pembaruan Tata Kelola Pemerintahan

----------------------------------


Tidak ada komentar:

Posting Komentar


Postingan Populer